Pada suatu malam, Abu Yazid yang ketika itu baru berusia genap 10 tahun sedang menghafal al-Quran surah al-Muzammil di hadapan ayahnya,yang bermaksud, "Wahai orang-orang yang berselimut,bangunlah di waktu malam kecuali sedikit."
Sambil membaca, Abu Yazid bertanya kepada ayahnya, "Ayah, siapakah yang dikatakan sebagai orang yang berselimut di dalam ayat ini?" Ayahnya berkata, "Anakku, yang dimaksudkan adalah Nabi Muhammad SAW".
Abu Yazid bertanya lagi, "Ayah, mengapakah ayah tidak melakukan solattahajud seperti mana Rasulullah SAW?"
"Anakku, bangun malam, itu hanya diwajibkan khusus kepada Nabi sahaja, tidak untuk umatnya," jawab ayahnya. Abu Yazid terdiam.
Dia meneruskan bacaan sehingga sampai pada firman Allah yang bermaksud, "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahawa engkau berdiri (solat) kurang dari dua pertiga malam, seperdua malam atau sepertiganya, bersama sekumpulan orang yang bersamamu," (al-Muzammil, 73: 20)
"Anakku, bangun malam, itu hanya diwajibkan khusus kepada Nabi sahaja, tidak untuk umatnya," jawab ayahnya. Abu Yazid terdiam.
Dia meneruskan bacaan sehingga sampai pada firman Allah yang bermaksud, "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahawa engkau berdiri (solat) kurang dari dua pertiga malam, seperdua malam atau sepertiganya, bersama sekumpulan orang yang bersamamu," (al-Muzammil, 73: 20)
Abu Yazid bertanya lagi, "Ayah, aku mendengar dalam ayat ini ada sekumpulan orang yang mendirikan solat malam bersama Rasulullah, siapakah mereka?"
Ayahnya menjawab, "Anakku, mereka itu adalah para sahabat Rasulullah."
"Jika begitu ayahku, apakah baik jika kita meninggalkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya?"
Ayahnya termenung dan mengatakan, "Engkau benar wahai anakku."
Ayahnya menjawab, "Anakku, mereka itu adalah para sahabat Rasulullah."
"Jika begitu ayahku, apakah baik jika kita meninggalkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya?"
Ayahnya termenung dan mengatakan, "Engkau benar wahai anakku."
Pada malam itu, si ayah segera melakukan solat malam. Abu Yazid terbangun dan melihat ayahnya sedang bersolat. Dia segera mengatakan, "Ayah tolong ajarkan saya bagaimana cara berwuduk. Saya ingin sembahyang bersama ayah."
Ayah pula berkata, "Anakku, tidurlah...kau masih kecil."
Mendengar jawapan seperti itu, Abu Yazid seraya berkata, "Ayah jika nanti pada hari manusia semua bercera-berai (hari kiamat), dan masing-masing akan diperlihatkan amal-amal mereka selama hidupnya. Saya akan mengatakan, 'Aku telah meminta ayahku untuk mengajar aku mengambil wuduk, agar aku boleh bersembahyang bersamanya. Tetapi ayah hanya mengatakan, tidurlah kamu masih kecil!"
Ayah pula berkata, "Anakku, tidurlah...kau masih kecil."
Mendengar jawapan seperti itu, Abu Yazid seraya berkata, "Ayah jika nanti pada hari manusia semua bercera-berai (hari kiamat), dan masing-masing akan diperlihatkan amal-amal mereka selama hidupnya. Saya akan mengatakan, 'Aku telah meminta ayahku untuk mengajar aku mengambil wuduk, agar aku boleh bersembahyang bersamanya. Tetapi ayah hanya mengatakan, tidurlah kamu masih kecil!"
Si ayah terkejut dan mengatakan, "Tidak, demi Allah wahai anakku, ayah tidak mahu ianya terjadi." Akhirnya ayah mengajar anak kecilnya berwuduk dan mereka bersembahyang bersama-sama.
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (at-Tahrim: 6)
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (at-Tahrim: 6)
"Jika begitu ayahku, apakah baik jika kita meninggalkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya?"
ReplyDeletemungkin perkataan "meninggalkan" perlu diganti dengan perkataan lain
Rasanya tiada masalah dengan perkataan 'meninggalkan' kerana ianya ditujukan untuk solat dalam ayat tersebut. [meninggalkan solat malam]. Dan si anak bercakap menggunakan ayat sinis, sebab itu si ayah bersetuju dengan kata anaknya (maksud anaknya).
ReplyDelete