Thursday, June 18, 2009
Garam dan Telaga
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya longlai dengan air muka yang masam. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tidak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan saksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas lalu diaduknya perlahan.
"Cuba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya." ujar Pak Tua itu.
"Pahit! Pahit sekali!" jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.
Pak Tua itu tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya itu untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
"Cuba ambil air dari telaga ini, dan minumlah."
Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"
"Segar!" sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi.
"Tidak!" jawab si anak muda.
Kemudian, Pak Tua itu menepuk-nepuk bahu si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh di samping telaga itu.
"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tetapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangant tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasihat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu, adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua yang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
Article By: Riuz
Main author of the blog. Proud Muslim, full time writer, part time businessman, hardcore gamer, socially awkward guy.
If you like this post you can follow Afiq Farhan on Twitter, Facebook and Instagram
Posted by
Riuz
Labels:
Motivation
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
© Q-riuz (2008 – 2013)
Hak cipta terpelihara. Setiap artikel yang tersiar di Q-riuz dihasilkan untuk tujuan pendidikan dan bersifat non-komersil. Pembaca bebas menyalin dan menyebarkan artikel yang terdapat di sini, namun alamat Q-riuz hendaklah disertakan bersama untuk memudahkan proses rujukan. Manakala untuk penerbitan semula dan berorientasikan komersil, setiap bahagian daripada artikel ini tidak boleh diterbitkan semula, disimpan untuk pengeluaran atau dipindahkan dalam bentuk lain, sama ada dengan cara bercetak, elektronik, mekanikal, fotokopi, rakaman dan sebagainya, tanpa izin Q-riuz terlebih dahulu.
"Curiosity Only Leads To One Thing...Knowledge"
Hak cipta terpelihara. Setiap artikel yang tersiar di Q-riuz dihasilkan untuk tujuan pendidikan dan bersifat non-komersil. Pembaca bebas menyalin dan menyebarkan artikel yang terdapat di sini, namun alamat Q-riuz hendaklah disertakan bersama untuk memudahkan proses rujukan. Manakala untuk penerbitan semula dan berorientasikan komersil, setiap bahagian daripada artikel ini tidak boleh diterbitkan semula, disimpan untuk pengeluaran atau dipindahkan dalam bentuk lain, sama ada dengan cara bercetak, elektronik, mekanikal, fotokopi, rakaman dan sebagainya, tanpa izin Q-riuz terlebih dahulu.
"Curiosity Only Leads To One Thing...Knowledge"
yo.ni zyken.in my opinion i believe slat diluted in a glass of water would bring the salty taste to the water(glass).how can it be pahit?
ReplyDeleteerm... btul kate anonymous tu... cmne garam tu leh rase pahit.. stahu d-raSt.. rasenyer masin.. hahaha,,..
ReplyDeletepape pon.. good story.. bnyk pengajaran yg kita leh dpt.. laen kali post citer2 cm ni lg....
Inilah cerita yang adik ana bagi pada ana ketika ana sgtla down..
ReplyDeleteapabila sesuatu yang sangat masin diminum atau dimakan atau dirasa, kemasinan yang teramat sangat sehingga tidak dapat diucapkan oleh kata-kata, perkataan yang akan tersembur keluar dari mulut orang yang merasainya adalah 'pahit!'. try cuba kalau tak percaya.~_~
ReplyDeletemmg kalau terlalu masin akan terasa pahit. Cuba rasa garam dari produk jenama ZARA- garam produk ney diambil dari laut mati- ana pernah terasa accidentally.sungguh pahit, sudah tak terasa nikmat masin,and garam tu mmg 100% PURE..
ReplyDeletepahitnye peperiksaan
ReplyDelete